Membedah Masalah Umat: Pentingnya Tradisi Bahtsul Masail dalam Kurikulum Pesantren

Di tahun 2025 ini, di tengah kompleksitas isu-isu kontemporer, peran pondok pesantren sebagai pusat kajian dan penyelesaian masalah umat menjadi semakin vital. Salah satu tradisi kunci yang mendukung peran ini adalah Bahtsul Masail, sebuah forum diskusi ilmiah yang secara mendalam mengkaji berbagai persoalan keagamaan dan sosial. Pentingnya tradisi Bahtsul Masail dalam kurikulum pesantren tidak hanya terletak pada pencarian solusi hukum Islam, tetapi juga pada pembentukan pola pikir kritis, analitis, dan adaptif pada santri. Artikel ini akan membahas mengapa pentingnya tradisi Bahtsul Masail ini terus relevan dalam membekali santri menghadapi tantangan zaman.

Bahtsul Masail secara harfiah berarti “pembahasan masalah”. Dalam konteks pesantren, ini adalah forum di mana santri, di bawah bimbingan para kiai atau ustadz, secara bersama-sama menelaah suatu masalah dari berbagai sudut pandang, merujuk pada kitab-kitab kuning klasik, Al-Qur’an, Hadits, serta pendapat para ulama. Proses ini melatih santri untuk berpikir secara sistematis, mencari dalil (argumentasi hukum), dan menyusun argumen yang logis dan kuat. Ini jauh lebih dari sekadar menghafal; ini adalah aplikasi praktis dari ilmu yang telah mereka pelajari. Sebuah penelitian dari Lembaga Kajian Islam Kontemporer pada Maret 2025 menemukan bahwa alumni pesantren yang aktif dalam Bahtsul Masail memiliki kemampuan analisis masalah keagamaan yang 25% lebih tinggi dibandingkan lulusan lembaga pendidikan lain.

Pentingnya tradisi Bahtsul Masail juga terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan kemampuan santri dalam berijtihad (mencari solusi hukum Islam) secara kolektif dan bertanggung jawab. Isu-isu modern seperti etika kecerdasan buatan, transaksi keuangan digital, atau isu lingkungan seringkali tidak ditemukan jawabannya secara eksplisit dalam kitab klasik. Melalui Bahtsul Masail, santri diajarkan untuk menarik kesimpulan hukum (istinbath al-hukm) dari prinsip-prinsip Islam yang lebih luas, dengan tetap berpegang pada metode ilmiah yang diajarkan oleh ulama terdahulu. Ini membekali mereka untuk menjadi rujukan bagi masyarakat di kemudian hari.

Selain aspek ilmiah, pentingnya tradisi Bahtsul Masail juga mencakup pembentukan karakter. Santri belajar untuk menghargai perbedaan pendapat (ikhtilaf), berdiskusi dengan adab, dan menerima kesimpulan yang dicapai melalui konsensus. Ini melatih sportivitas intelektual, kerendahan hati, dan kemampuan bekerja sama dalam tim. Banyak pesantren mengadakan Bahtsul Masail secara rutin, bahkan menjadikannya kompetisi internal, untuk mendorong semangat belajar dan berdiskusi di kalangan santri. Misalnya, di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Bahtsul Masail tingkat tinggi sering diadakan setiap bulan untuk membahas isu-isu fatwa terkini.

Pada akhirnya, pentingnya tradisi Bahtsul Masail dalam kurikulum pesantren tidak dapat diremehkan. Ia adalah laboratorium intelektual yang membedah masalah-masalah umat dengan kerangka Islam yang kokoh, sekaligus membentuk santri menjadi pribadi yang cerdas, kritis, adaptif, dan siap menjadi agen perubahan yang solutif di tengah masyarakat modern. Tradisi ini memastikan bahwa ilmu yang dipelajari santri tidak hanya teoritis, tetapi juga aplikatif dan relevan dengan realitas zaman.