Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang unik, memiliki pendekatan khas dalam cara pesantren mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama, mulai dari Al-Qur’an, Hadis, Fiqih, hingga Tasawuf. Mereka tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan tekstual, melainkan juga pada internalisasi nilai dan pengamalan. Cara pesantren mengajarkan ilmu agama bertujuan untuk “membumikan wahyu,” agar ajaran Islam dapat dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari santri. Artikel ini akan mengupas metode spesifik cara pesantren mengajarkan khazanah ilmu Islam yang begitu kaya.
Salah satu pilar utama dalam cara pesantren mengajarkan ilmu adalah melalui pengajian kitab kuning. Kitab kuning adalah karya-karya klasik ulama terdahulu yang mencakup berbagai fan ilmu. Kyai atau Ustadz akan membaca dan menjelaskan isi kitab dalam sesi bandongan, di mana ratusan santri bisa menyimak. Selain itu, ada metode sorogan, di mana santri secara individu membaca kitab di hadapan Kyai atau Ustadz untuk dikoreksi bacaan dan pemahamannya. Metode ini memungkinkan interaksi personal dan pendalaman materi yang lebih intensif, memastikan setiap santri memahami detail Al-Qur’an, Hadis, Fiqih, dan ilmu-ilmu lainnya. Misalnya, di sebuah pesantren di Jawa Barat, pengajian kitab Fathul Qarib (Fiqih) atau Riyadhus Shalihin (Hadis) bisa berlangsung selama berbulan-bulan, dengan Kyai menjelaskan setiap baris dan contoh kasusnya.
Untuk Al-Qur’an, cara pesantren mengajarkan juga sangat menekankan pada hafalan (tahfidz) dan tajwid (ilmu membaca Al-Qur’an dengan benar). Santri akan menghabiskan banyak waktu untuk menghafal ayat-ayat suci, didampingi oleh hafizh/hafizhah (penghafal Al-Qur’an) senior yang bertugas menyimak hafalan mereka. Selain itu, studi Hadis dilakukan untuk memahami sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup. Ini tidak hanya mencakup hafalan matan Hadis, tetapi juga pemahaman sanad (rantai periwayat) dan matan (isi) Hadis itu sendiri.
Dalam bidang Fiqih, santri diajarkan hukum-hukum Islam secara praktis, mulai dari tata cara ibadah (salat, puasa, zakat, haji) hingga muamalah (transaksi ekonomi dan sosial). Mereka diajak untuk memahami dalil dan alasannya, bahkan berdiskusi dalam forum musyawarah atau bahtsul masail (pembahasan masalah keagamaan) untuk melatih nalar fiqih mereka. Sementara itu, Tasawuf dan Akhlak fokus pada pembentukan karakter dan pembersihan hati. Ini diajarkan melalui kajian kitab-kitab tasawuf klasik, serta bimbingan moral langsung dari Kyai yang menjadi teladan hidup santri.
Pendekatan holistik dalam cara pesantren mengajarkan ilmu agama ini tidak hanya menciptakan santri yang berilmu, tetapi juga berakhlak mulia dan mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan nyata. Sebuah laporan dari Kementerian Agama RI pada April 2025 menyebutkan bahwa alumni pesantren seringkali menunjukkan tingkat religiusitas dan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi berkat pendekatan pembelajaran yang komprehensif ini.