Pondok pesantren berfungsi sebagai laboratorium karakter, tempat di mana nilai-nilai Islam tidak hanya diajarkan secara teori, tetapi dipraktikkan secara kolektif selama 24 jam. Inti dari metode pendidikan ini adalah Pembiasaan Kebajikan, sebuah strategi yang dirancang untuk menginternalisasi akhlak mulia dan menumbuhkan taqarrub ilallah (kedekatan dengan Allah) melalui rutinitas harian. Konsep Pembiasaan Kebajikan di pesantren didasarkan pada keyakinan bahwa perilaku baik yang diulang secara konsisten akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan akan membentuk karakter. Lingkungan asrama yang terintegrasi memungkinkan setiap aspek kehidupan santri, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, diarahkan pada pembangunan mental spiritual yang positif.
Strategi Pembiasaan Kebajikan di pesantren mencakup beberapa pilar utama, yang terintegrasi dalam jadwal harian yang ketat:
- Disiplin Ibadah Kolektif: Semua santri diwajibkan melaksanakan shalat fardhu dan ibadah sunah seperti Shalat Tahajjud (dimulai sekitar pukul 03.30 pagi) dan Shalat Dhuha (sekitar pukul 07.00 pagi) secara berjamaah. Ibadah yang dilakukan bersama-sama ini melatih konsistensi, ketaatan, dan rasa persaudaraan. Rutinitas ini menanamkan kesadaran bahwa hidup berawal dan berakhir dengan Allah.
- Budaya Ro’an dan Khidmah (Pelayanan): Ro’an (kerja bakti membersihkan lingkungan) dan Khidmah (melayani guru atau kiai) adalah bentuk nyata dari Pembiasaan Kebajikan sosial. Ro’an, yang sering diadakan setiap hari Jumat pagi, melatih tanggung jawab terhadap lingkungan dan gotong royong. Sementara Khidmah mengajarkan kerendahan hati (tawadhu’), yang merupakan dasar dari akhlak seorang penuntut ilmu.
- Kemandirian dan Kesederhanaan: Santri dilatih untuk mandiri dalam urusan pribadi (mencuci, merapikan kamar) dan hidup dalam kesederhanaan. Hidup di asrama mengajarkan mereka untuk menghargai fasilitas dan menghilangkan sifat konsumtif.
Sistem pengawasan oleh ustadz dan pengurus asrama yang ketat memastikan bahwa perilaku baik terus dipertahankan. Setiap pelanggaran sekecil apa pun akan segera dikoreksi, sehingga Pembiasaan Kebajikan ini berjalan tanpa henti. Menurut data evaluasi program karakter di Pondok Pesantren Daarul Ulum pada Desember 2024, tingkat kemandirian santri yang telah menjalani setidaknya satu tahun di pesantren meningkat hingga 40% dibandingkan saat mereka pertama kali masuk. Dengan menciptakan ekosistem yang mendukung taqarrub ilallah secara berkelanjutan, pesantren berhasil membentuk kader-kader muslim yang tidak hanya cerdas ilmu, tetapi juga teguh imannya.
